-->

Laporan Mikrobiologi Antibiotik




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotik merupakan suatu substansi kimia yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya, bahkan dapat memusnahkannya.[1]
Istilah antibiotik hanya dipakai untuk antimikroba yang dihasilkan secara alami saja, sedangkan secara umum semua bahan yang dapat mencegah perkembangbiakan atau membunuh mikroba disebut antimikroba, termasuk antibiotik yang alamiah, antimikroba yang dibuat secara sintetik atau semisintetik. Untuk mengetahui secara jelas tentang antibiotik, jenis-jenis antibiotik, serta mengetahui bagaimana cara kerja dari antibiotik itu maka marilah kita melakukan praktikum ini dengan berbagai cara pengujian yaitu pengujian oligodinamik dan antimikrobia.


B.  Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara kerja pengujian oligodinamik dan zat antimikrobia.






[1]Iqbal Ali ”Antibiotik,” Blog iqbal Ali. http://WordPress.com. (27 Desember 2011).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik awalnya ditemukan Alexander Fleming pada 1928 dan dinamakan penicillin G. Awalnya secara tidak sengaja kapang tumbuh di sediaan bakteri pada cawan petri yang lupa dibersihkan. Di bagian tumbuhnya kapang itu bakteri tidak ada yang berkembang, kondisi ini menstimulasi Alexander melakukan penilitian dan dari sanalah ditemukan antibiotik.[1]
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikrobial. Sampai sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya dapat digunakan dalam pengobatan. Atibiotik yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat yaitu mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme phatogen. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal seperti flora yang terdapat pada usus dan kulit.[2]
Berdasarkan sifatnya antibiotik dibagi menjadi dua yaitu antibiotik yang bersifat bakterisidal dan antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: pengganggu metabolisme sel mikroba (sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan Sulfon.), penghambat sintesis dinding mikroba (penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin), pengganggu permeabilitas membran sel mikroba (polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik) penghambat sintesis protein sel mikroba (golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol), penghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (rifampisin, dan golongan kuinolon).[3]
Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya yaitu penghambat sistesis dinding sel, penghambat sistesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial. Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan maakromolekuler yang disebut peptidoglikan. Dan ribosom merupakan mesin untuk mensintesis protein. Di antara antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein adalah kloramfenikol, eritromisin, streptomisin, dan tetrasiklin, selain itu juga ada penisilin.[4]
Perkembangan produk penisilin dan antibiotik lain secara komersial merupakan salah satu peristiwa hebat yang paling dramatis dalam sejarah mikrobiologi industri. Penisilin merupakan antibiotik pertama yang dibuat dalam skala industri. Sebagian besar dari pengalaman yang diperoleh dari transformasi hasil pengamatan Alexander Fleming di laboratorium menjadi usaha skala besar yang secara ekonomis menguntukan telah membuka jalan bagi produksi antibiotik kemoterapeutik lain berhasil setelah ditemukan.[5]
Di antara antibiotika yang mempengaruhi dinding sel adalah penisilin, fosdomisin, dan basitrasin. Membran sel memegang peranan vital  dalam sel. Ia merupakan pembatas osmotik bagi bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotika diketahui mampu merusak atau memperlemah satu atau lebih dari fungsi-fungsi ini, yang akan menyebabkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan sel. Sejumlah obat-obat ini berfungsi terutama mengganggu atau merusak struktur dan fungsi DNA, akan tetapi karena toksik, maka hanya beberapa saja yang dipakai di klinik.[6]
Media selektif merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik gram dan bahan-bahan kimia lainnya. Mikroba ditumbuhkan lebih dahulu pada media diperkaya lalu diinokulasikan pada media selektif, sehingga benar-benar isolasi mikrobia yang diinginkan dapat berhasil.[7]
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antara kedua pengertian bakteriostatik dan bakteriosida itu sangatlah sukar, dan kedua pengertian itu tidak berlaku bagi spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti Mycobacterium tuberculosis. Apakah suatu zat kimia itu merupakan suatu antiseptik ataukah suatu germisida, hal ini kebanyakan kali bergantung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut. Sebagian misal kita ambil fenol, suatu larutan fenol 5% merupakan desinfektan, larutan yang lebih encer dari pada itu merupakan suatu antiseptik, sedang larutan yang lebih encer lagi malahan menjadi sumber tenaga alias makanan bagi genus pseudomonas. Bagaimana sifat kerusakan yang diderita bakteri sebagai akibat dari pekerjaan suatu desinfektan, hal ini belum dapat diketahui seluruhnya. Ada desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organik menyebabkan hancurnya bakteri yang mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia yang lain lagi belum diketahui. Pada umumnya kerusakan bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yakni, oksidasi, koagulasi, depresi, dan keteganngan permukaan.[8]
Desinfektan sangat toksik untuk semua jenis sel, berbeda dengan zat khemoterapeutik yang hanya menghambat pertumbuhan spesiasi bakteri  tertentu. Efektivitas zat-zat tersebut sangat ditentukan oleh beberapa keadaan di lingkungan kerjanya, adapun faktor-faktor tersebut adalah, konsentrasi bahan yakni beberapa bahan hanya bersifat lethal untuk bakteri bila dipakai dalam konsentrasi sangat tinggi, sedang zat yang lain sudah dapat mematikan mikroba dalam konsentrasi yang sangat rendah. Namun konsentrasi yang diperlukan untuk efek yang diinginkan, berbeda-beda tergantung pada zat disenfektannya, organisme target, dan metode yang digunakan. Pada keadaan waktu, yakni bila bakteri diekspos pada zat bakterisidal dengan konsentrasi tertentu dengan jumlah berlebihan sekalipun, maka tidak semua organisme mati pada saat yang sama. Jumlah sel yang hidup berkurang secara perlahan-lahan.[9]
Allah berfirman dalam Q.S Asy-Syuura/42 :30
!$tBur Nà6t7»|¹r& `ÏiB 7pt6ŠÅÁB $yJÎ6sù ôMt6|¡x. ö/ä3ƒÏ÷ƒr& (#qàÿ÷ètƒur `tã 9ŽÏWx. ÇÌÉÈ  
Terjemahnya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”.[10]

Pada ayat di atas menjelaskan tentang segala musibah yang telah menimpa kita misalnya penyakit diakibatkan oleh perbuatan kita sendiri. Jadi, jika dikaitkan dengan teori bahwa jika kita tidak ingin mengalami kerusakan pada fungsi-fungsi dari organ tubuh kita maka janganlah menyalah gunakan obat-obatan dan zat kimia terutama yang bersifat toksik. Namun, Allah SWT maha pemurah, dengan segala kebesarannya yang memberikan pengetahuan kepada manusia sehingga ditemukanlah berbagai macam penawar untuk penyakit yang menimpa manusia.





[1]Dweeza “Antibiotik,” Blog Dweeza. http://www.medicatore.com/antibiotika. (27 Desember 2011).
[2]Indan Entjang, Mikrobiologi dan Parasitologi  (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti,  2003), h. 53.
[3]Iqbal Ali ”Antibiotik,” Blog iqbal Ali. http://WordPress.com. (27 Desember 2011).
[4]Nasrum Massi, Mikrobiologi Kedokteran (Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar, ), h. 75.
[5]Koes irianto, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme (Bandung:Yrama Widia, 2006. ), h. 219.
[6]Gede Dwija Bawa Temaja ”Antibiotik,” Blog Gede Apdate. http://id.wikipedia. Mikrobiologi. (27 Desember 2011). 
[7]Alimuddin Ali,  Mikrobiologi dasar Jilid 1 (Makassar: Makassar  Press, 2005), h. 135. 
[8]Dwidjoseputro, Dasar-Dasar Mikrobiologi (Jakarta: Djambatan, 1998).  h. 97-98.
[9]Ibid.
[10]Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya  (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971), h. 788.


BAB III
METODE  PRAKTIKUM

A.  Alat dan bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, inkubator, ose, gelas kultur, bunsen, pinset, laminary air flow, jangka sorong, mikropipet, dan gelas kimia.
2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albicans, medium NA, medium PDA, detergen, pembersih lantai, ampicilin, tetrasiklin, alkohol 70%, kertas cakram, betadin, uang logam, dan kapas.







B.  Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Hari / tanggal          : Selasa, 27 Desember 2011
Pukul                      : 09.00 - Selesai
Tempat                   : Laboratorium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin  Makassar
Samata, Gowa.

C.  Cara kerja
1.    Pengujian zat disinfektan
a.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
b.    Menginokulasi Escherichia coli pada medium NA dalam cawan petri dan Candida albicans pada medium PDA dalam cawan petri yang masing-masing menggunakan metode tuang. Sedangkan, Staphylococcus aureus diinokulasi pada medium NA dengan menggunakan metode penggoresan.
c.    Mencelupkan kertas cakram steril ke dalam larutan desinfektan (detergen, pembersih lantai, alkohol 70%, dan betadin). Kemudian diangkat dan sisa tetes larutan yang berlebihan pada kertas cakram diluaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas dipermukaan jika larutan terlalu banyak.
d.   Meletakkan kertas cakram di permukaan agar dengan pinset, kemudian menekannya dengan pinset tersebut supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
e.    Mengingkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC.
f.     Mengukur diameter zona hambat yang terbentuk, dan membandingkan daya kerja dari setiap disinfektan.
2.    Pengujian pengaruh daya oligodinamik
a.    Menginokulasi Escherichia coli medium NA dalam cawan petri.
b.    Meletakkan koin tembaga ke dalam cawan dengan pinset.
c.    Mengingkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC.
d.   Menghitung zona hambat yang terbentuk dengan mengukur diameter daerah yang jernih atau tidak ada pertumbuhan.
3.     Pengujian antibiotik
a.    Menginokulasi Escherichia coli pada medium NA dalam cawan petri dan Candida albicans pada medium PDA dalam cawan petri yang masing-masing menggunakan metode tuang.
b.    Mencelupkan kertas cakram steril ke dalam larutan antibiotik (ampicilin dan tetrasiklin). Kemudian diangkat dan sisa tetes larutan yang berlebihan pada kertas cakram diluaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas dipermukaan jika larutan terlalu banyak.
c.    Meletakkan kertas cakram di permukaan agar dengan pinset, kemudian menekannya dengan pinset tersebut supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
d.   Mengingkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC.
e.    Mengukur diameter zona hambat yang terbentuk, dan membandingkan daya kerja dari setiap antibiotik.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan setelah melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Pengujian zat desinfektan
No.
Jenis Desinfektan
Mikroba Uji
Medium dan Perlakuan
Zona bening
(mm)
1.

Detergen

C. albicans
E. coli
S. aureus
PDA tuang
NA tuang
NA gores
308
14
38

2.
Pembersih lantai



C. albicans
E. coli
S. aureus
PDA tuang
NA tuang
NA gores
30
13
23
3.
Alkohol 70%

C. albicans
E. coli
S. aureus

PDA tuang
NA tuang
NA gores

24
31
23


4.
Betadin
C. albicans
E. coli
S. aureus
PDA tuang
NA tuang
NA gores
24
32
24

2.    Pengujian ologidinamik
No.
Oligodinamik
Mikroba uji
Zona oligodinamik
1.
Uang logam
E.coli
27

3.    Pengujian antibiotik
No.
Jenis Antibiotik
Mikroba Uji
Medium dan Perlakuan
Zona bening
(mm)
1.

Ampicilin

C. albicans
E. coli
PDA tuang
NA tuang
2
28
2.
Tetrasiklin



C. albicans
E. coli
PDA tuang
NA tuang
38
4








B.  Pembahasan
1.    Pengujian zat desinfektan
Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan pada proses desinfeksi. Desinfeksi merupakan proses sterilisasi pada benda mati. Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan dari pada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja desinfektan. Kenaikan temperatur menambah daya desinfektan. Selain itu, medium dapat juga mempengaruhi daya kerja desinfektan.
Zat disinfektan yang diujikan adalah detergen, pembersih lantai, alkohol 70% dan betadin. Bahan kimia yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik. Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi.  
Pada praktikum yang dilakukan, hasil pengamatan yang didapatkan yaitu untuk detergen pada mikroba uji Candida albicans terlihat zona bening dengan diameternya 308 mm, untuk mikroba uji Escherichia coli nampak zona bening dengan luas diameter 14 mm, sedangkan untuk mikroba uji Staphylococcus aureus terdapat zona bening dengan diameter seluas 38 mm. Detergen dapat membunuh bangsa jamur dan bakteri, terutama bakteri gram positif yang peka sekali terhadapnya. Jika kita melihat hasil pengamatan untuk pembersih lantai pada cawan petri disekitar kertas cakram tampak zona bening yang luas dan tidak terdapat lagi beberapa koloni bakteri. Hal ini menandakan bahwa detergen bersifat bakteriosidal terhadap mikroba karena dapat mematikan mikroba tersebut
Pada pembersih lantai didapatkan hasil pengamatan yaitu untuk mikroba uji Candida albicans terlihat zona bening dengan diameternya 30 mm, untuk mikroba uji Escherichia coli nampak zona bening dengan luas diameter 13 mm, sedangkan untuk mikroba uji Staphylococcus aureus terdapat zona bening dengan diameter seluas 23 mm. Pembersih lantai juga dapat membunuh jamur dan bakteri, dimana bakteri gram positif lebih peka terhadap pembersih lantai dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Berdasarkan hasil tersebut maka pengamatan telah sesuai dengan teori dimana zona bening lebih nampak luas pada bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan Escherichia coli. Dari hasil pengamatan untuk pembersih lantai dapat dilihat disekitar kertas cakram pada cawan petri masih nampak beberapa koloni bakteri meskipun terdapat zona bening disekitarnya. Hal ini menandakan bahwa, pembersih lantai bersifat bakteriostatik karena hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada alkohol 70% hasil pengamatan yang didapatkan yaitu untuk mikroba uji Candida albicans terlihat zona bening dengan diameternya 24 mm, untuk mikroba uji Escherichia coli nampak zona bening dengan luas diameter 31 mm, sedangkan untuk mikroba uji Staphylococcus aureus terdapat zona bening dengan diameter seluas 23 mm. pada hasil pengamatan tersebut yang menunjukkan diameter zona bening yang paling luas yaitu pada Escherichia coli. Hal ini diakibatkan Escherichia coli lebih rentan terhadap konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan kedua mikroba lainnya. Mestinya alkohol bersifat bakteriosidal terhadap bakteri karena alkohol dengan konsentrasi 70% berperan sebagai pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan koagulasi protein akan merusak enzim sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitasnya terhenti. Namun pada hasil pengamatan masih terdapat koloni mikroba yang tumbuh disekitar kertas cakram sehingga alkohol bersifat bakteriostatik yang hanya dapat mengahambat pertumbuhan mikroba. Hal ini mungkin dikarenakan pamberian desinfektan yang terlalu lama atau terdapatnya kesalahan pada prosedur kerjanya.
Pada betadin hasil pengamatan menunjukkan bahwa untuk mikroba uji Candida albicans terlihat zona bening dengan diameternya 24 mm, untuk mikroba uji Escherichia coli nampak zona bening dengan luas diameter 32 mm, sedangkan untuk mikroba uji Staphylococcus aureus terdapat zona bening dengan diameter seluas 24 mm. Betadin mengandung zat pewarna yang sering dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Betadin ini mencegah pertumbuhan bakteri gram positif. Jika, kita membandingkan hasil yang didapatkan dengan teori tersebut maka hasil pengamatan kita tidak sesuai seharusnya akan nampak lebih luas diameter zona bening pada Staphylococcus aureus dibandingkan dengan Escherichia coli. Hal ini mungkin disebabkan karena pemberian desinfektan yang terlalu lama pada Staphylococcus aureus sehingga menimbulkan resistensi. Betadin termasuk desinfektan atau bakteriosidal karena betadin dapat mematikan pertumbuhan mikroba. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan pada cawan petri disekitar kertas cakram yang nampak zona bening dan tidak terdapat lagi mikroba yang tumbuh disekitarnya.
2.    Pengujian oligodinamik
Pengujian oligodinamik merupakan pengujian terhadap daya hambat atau mematikan dari logam dengan konsenrasi yang rendah. Logam-logam berat seperti Hg, Cu, Ag, dan Pb bersifat racun terhadap sel meskipun hanya dalam kadar rendah. Logam mengalami ionisasi dan ion-ion tersebut bereaksi dengan bagian sulfihidril pada protein sel sehingga menyebabkan denaturasi.
Pada praktikum yang dilakukan kita menggunakan uang logam untuk melakukan pengujian oligodinamik. Adapun hasil pengamatan yang didapatkan yaitu pada bakteri Escherichia coli terdapat zona bening dengan luas diameter 27 mm. Logam yang terdapat pada uang tersebut telah mengalami ionisasi dan menyebabkan denaturasi pada sel bakteri tersebut.
3.    Pengujian antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Ampicilin efektif terhadap banyak bakteri, baik gram-negatif maupun gram-positif, dan lebih aktif melawan infeksi bakteri gram negatif oleh karena itu ampicilin dikatakan mempunyai spektrum yang luas. Tetraksilin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetraksilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit.
Pada pengamatan yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu pada ampicilin dilakukan uji coba terhadap Candida albicans dan Escherichia coli. Zona bening yang nampak pada Candida albicans yaitu dengan diameter seluas 2 mm sedangkan pada Escherichia coli diameternya seluas 28 mm. Ampicilin merupakan antibiotik yang memiliki spektrumnya luas sehingga efektif membunuh banyak mikroba terutama pada Escherichia coli sehingga ampicilin ini bersifat bakteriosidal. Namun, pada Candida albicans terlihat diameter zona bening yang sempit. Hal ini dikarenakan Candida albicans termasuk species fungi. Selain itu juga pH medium menjadi faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik karena medium yang digunakan berbeda pada Candida albicans yaitu menggunakan medium PDA sedangkan pada Escherichia coli menggunakan medium NA.     
 Pada tetrasiklin didapatkan hasil pengamatan yaitu untuk bakteri Escherichia coli terdapat zona bening dengan luas diameternya 38 mm sedangkan pada Candida luas diameter zona beningnya 4 mm. Tetrasiklin mempunyai spektrum sempit yang efektif bagi kokus, basil, dan jenis spiril tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tetrasiklin ini sangat efektif terhadap Escherichia coli karena nampak zona bening yang luas sedangkan pada Candida albicans tetrasiklin ini tidak efektif karena Candida albicans merupakan spesies fungi. Tetraksiklin bersifat bakteriosidal artinya berifat mematikan terhadap bakteri Escherichia coli hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan yaitu disekitar kertas cakram yang tidak nampak pertumbuhan bakteri dan terdapat zona bening.    





BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah praktikum ini adalah: antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Oligodinamik sendiri memiliki arti sebagai daya hambat atau mematikan dari logam terhadap mikroba. Berbagai cara kerja pengujian tersebut dapat dilihat dengan terbentuknya zona bening yang menandakan bahwa mikroba tersebut tidak dapat tumbuh.

B.  Saran
Adapun saran dari percobaan ini sebaiknya praktikan melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh supaya mendapatkan hasil yang maksimal, dan melakukannya dengan hati-hati supaya tidak terjadi kecelakaan.
  
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Alimuddin. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2005.

Ali, Iqbal ”Antibiotik,” Blog iqbal Ali. http://WordPress.com. (27 Desember 2011).

Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971.

Dwidjoseputro.  Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 1998

Dweeza “Antibiotik,” Blog Dweeza. http://www.medicatore.com/antibiotika. (27 Desember).

Entjang, Indan.  Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,  2003.

Gede, Dwija Bawa Temaja.” Antibiotik,” Blog Gede Apdate. http://id.wikipedia. Mikrobiologi. (28 Desember 2011).

Irianto, Keos. Menguak Dunia Mikrobiologi. Bandung: Irama Widya, 2006.
Massi, Nasrum. Mikrobiologi Kedokteran. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011.


 



0 Response to "Laporan Mikrobiologi Antibiotik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel