-->

Laporan Mikrobiologi Enzimatik


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kegiatan kimiawi yang dilakukan oleh sel amatlah rumit. Hal ini mudah dimengerti bila mengingat demikian beragamnya bahan yang digunakan sebagai nutrien oleh sel di satu pihak dan berbagai ragam substansi yang disintesis menjadi komponen-komponen sel di pihak lain. Substansi yang ada dalam sel dalam jumlah amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses selular (dan kehidupan). Di dalam sebuah sel rata-rata terdapat ribuan jenis enzim yang berbeda-beda, kesemua enzim ini beserta kegiatannya harus terkordinasi sedemikian rupa sehingga produk-produk yang sesuai dapat terbentuk dan tersedia pada tempat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan penggunaan energi seminimum mungkin. Koordinasi ini dimungkinkan oleh adanya pengendalian enzim.[1]
Untuk mengetahui lebih jelas tentang bagaimana aktivitas enzim pada sel-sel mikroorganisme maka marilah kita melakukan praktikum ini, sehingga kita dapat mengetahui beberapa teknik untuk menguji aktivitas enzimatik.
B.  Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui beberapa teknik uji aktivitas enzimatik.


[1]Michael J. Pelczar dan Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), h.317.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tubuh makhluk hidup, terdapat senyawa organik yang dihasilkan sel dan bekerja sebagai katalis. Senyawa itu disebut enzim. Cara kerja enzim sebagai biokatalis adalah dengan meningkatkan proses reaksi kimia. Meskipun demikian, enzim tidak ikut bereaksi dan tidak pula terpengaruh oleh reaksi tersebut. Enzim termasuk dalam kategori protein. Uniknya, enzim hanya mempengaruhi zat tertentu.[1]
Kegiatan fisiologik seperti penyusunan zat organik, pencernaan makanan, pembongkaran zat makanan hanya dapat berlangsung, jika mikroorganisme mempunyai zat-zat penggiat atau biokatalisator untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Adapun biokatalisator tersebut adalah enzim. Ada enzim yang dikeluarkan oleh sel guna mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel, enzim semacam ini disebut ekso-enzim atau enzim luar sel. Sebaliknya, di dalam sel sendiri terdapat juga banyak enzim yang memegang peranan dalam proses pencernaan dan pembongkaran zat makanan yang telah ada di dalam sel sendiri. Enzim ini disebut endo-enzim atau enzim dalam sel. Enzim yang menolong dalam pengubahan karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat lainnya yang terdapat di dalam medium, sehingga zat-zat tersebut dapat diserap oleh bakteri, masuk dalam golongan ekso-enzim. Sebaliknya, enzim-enzim yang menolong dalam pembongkaran zat makanan seperti pada peristiwa pernapasan dan fermentasi, masuk golongan endo-enzim.[2]
Sebagian besar bakteri menghasilkan dan mensekresi enzim yang mungkin sangat berperan pada berbagai macam patomekanisme penyakit  infeksi bakteri menurut fungsinya enzim di bagi atas, enzim yang menghancurkan jaringan diantaranya yaitu kollagenase yaitu enzim yang dapat menghacurkan kollagen, yakni protein yang terbanyak terdapat dalam jaringan ikat fibrous. Karena hancurnya jaringan fibrous ini menyebabkan bakteri bisa menyebar dalam jaringan. Enzim ini dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan Clostridium perfringens. Koagulase, enzim ini yang dihasilkan Staphylococcus aureus bekerja bersama-sama dengan faktor pembekuan darah sehingga terjadi koagulase plasma. Koagulase membantu pembentukan fibrin sekeliling lesi infeksi Staphylococcus aureus, sehingga bakteri ini tetap berada dalam jaringan. Koagulase juga menyebabkan terjadinya fibrin sekeliling sel-sel Staphylococci, sehingga bakteri ini dapat terhindar dari fagositase atau dari penghancuran dalam sel fagosit. Hialuronidase, enzim ini merusak asam hialuranik yang merupakan substansi dasar pembentukan jaringan ikat, sehingga menyebabkan bakteri bisa menyebar ke jaringan sekitar. Enzim ini dihasilkan oleh banyak bakteri misalnya Streptococci, Staphylococci, dan bakteri anaerob. Streptokinase (fibrinolisin) sebagian besar Streptococci yang hemolitik menghasilkan streptokinase, yaitu suatu substansi yang dapat mengaktifkan enzim proteolitik yang ada dalam plasma. Enzim ini disebut juga  fibrinolisin, karena dapat menghancurkan  bekuan plasma, dan kemungkinan membantu penyebaran Streptococci dalam jaringan. Streptokinase banyak digunakan dalam terapi penyakit jantung koroner, yaitu untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan fibrin (thrombose) yang terdapat dalam pembuluh darah. Homolisin dan leukosidin, sebagian besar bakteri dapat menghasilkan substansi yang sitolisis, misalnya yang dapat menghancurkan sel darah merah (hemolisin) atau menghancurkan sel jaringan dan lekosit (leukosidin). Enzim yang memecahkan sistem pertahanan tuan rumah, dan Enzim yang mengubah atau menginaktivasi antibiotik.[3]
Beberapa spesies kapang dapat mensintesis sejumlah besar enzim. Jumlah yang dihasilkan dan diekskresikan ke dalam medium memungkinkan untuk mengumpulkan enzim ini serta menggunakannya untuk penerapan di dalam industri. Beberapa di antara enzim ini adalah pektinase, invertase, amilase, dan protease.[4]
Diluar sel inang, virus tidak melakukan proses metabolise. Akan tetapi beberapa virus memiliki enzim yang sangat berperan dalam proses infeksi. Beberapa enzim dibutuhkan untuk replikasi virus yang dapat dimasukkan ke dalam sel inang selama proses infeksi dan enzim-enzim lainnya disediakan oleh inang.[5]
Enzim mungkin perlu bergabung dengan koenzim atau kofaktor untuk menjadi aktif. Aktivitas enzim terhadap substratnya terjadi pada situs aktif pada permukaan enzim. Proses ini menurunkan rintangan energi aktivasi terhadap suatu reaksi kimiawi dan memungkinkannya berlangsung pada laju yang cepat. Banyak kondisi mempengaruhi aktivitas enzim. Di antaranya ialah pH, suhu, serta konsentrasi enzim dan substrat. Aktivitas enzim dapat juga dihambat oleh zat-zat penghambat tertentu.[6]
Inhibitor adalah zat yang menghambat kerja enzim. Zat tersebut bersifat menghalangi kerja enzim untuk sementara waktu atau secara tetap. Ada dua jenis inhibitor yaitu inhibitor kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif, seperti sianida. Inhibitor jenis ini bersaing dengan substrat untuk mencapai sisi aktif enzim. Sianida bersaing dengan oksigen untuk mencapai haemoglobin. Sifat hambatannya sementara dan bisa ditanggulangi dengan menaikkan konsentrasi substrat. Inhibitor nonkompetitif yang menghalangi fungsi enzim dengancara melekatkan diri pada bagian luar sisi aktif enzim. Dalam kasus semacam ini, enzim tidak bereaksi terhadap substrat. Hambatannya bersifat tetap, tidak terpengaruh konsentrasi substrat.[7]
 Ada dua macam enzim di dalam sel yaitu enzim terinduksi dan enzim konstitutif. Adanya enzim-enzim ini sampai batas-batas tertentu ditentukan oleh keadaan lingkungan. Agar supaya enzim dapat berfungsi secara terkoordinasi, aktivitas enzim harus terkendali. Pengaturan enzim dilaksanakan melalui pengendalian genetis atau melalui pengendalian katalis secara langsung. Pengendalian langsung dapat dikenakan terhadap mekanisme katalik itu sendiri atau dapat juga dilaksanakan melalui pengendalian dengan proses-prses lain. Enzim yang terkenai pengaturan semacam ini adalah enzim alosterik. Pengendalian genetis menyangkut induksi dan represi sintesis enzim. Pengaturan semacam ini dilancarkan pada peringkat gen pengatur. Escherichia coli merupakan contoh pengendalian genetis.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al A’raaf /7:24.
tA$s% (#qäÜÎ7÷d$# ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã ( ö/ä3s9ur Îû ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇËÍÈ  

Terjemahnya:
"Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".[8]
                                                    
Pada ayat di atas mangandung makna bahwa Allah SWT telah menciptakan di muka bumi ini tempat kediaman bagimu yang dijadikannya sebagai lingkungan hidupnya seperti pada mikroorganisme. Mikroorganisme manjadikan keadaan lingkungan sebagai salah satu faktor untuk mensintesis  enzim.


[1]Anne Ahira, “Mengenal Cara Kerja Enzim,” Anne Ahira untuk Indonesia. http://Anneahira.com. (24 Desember 2011).
[2]Dwidjoseputno, Dasar-Dasar Mikrobiologi. (Jakarta: Djambatan, 1998). h. 72. 
[3]Nasrum Massi, Mikrobiologi Kedokteran (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2007), h. 21-22.
[4]Keos Irianto, Menguak Dunia Mikrobiologi (Bandung: Yrama Widya, 2007), h. 223. 
[5]Alimuddin Ali, Mikrobiologi Dasar. ( Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2004). h. 93.  
[6]Michael J. Pelczar dan Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), h.339. 
[7]Fritz Gamaliel, “Enzim Dan Cara Kerja Enzim,” Blog Fritz. http://ww.bloger.com (24 Desember 2011).  
[8]Departemen Agama R.I. Alqur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al qur’an, 1971), h.224.





BAB III
METODE KERJA

A.     Alat dan bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, ose, bunsen, laminary air flow, dan inkubator.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, medium NA, dan lugol’s iodine,

B.     Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Hari / tanggal              : Selasa / 20 Desember 2011
Pukul                           : 09.00 – 11.00wita
Tempat                        : Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin  Makassar
Samata, Gowa.

C.  Prosedur kerja
Uji amilolitik
Adapun prosedur kerja untuk uji amilolitik yaitu:
1.    Menginokulasi bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus ke dalam medium NA pada cawan petri.
2.    Menginkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC.
3.    Menetesi cawan dengan lugol’s iodine secukupnya sehingga seluruh permukaan media terkena.
4.    Mengamati hasilnya, jika terdapat zona bening hal itu menandakan hasilnya positif namun jika ditunjukkan sekitar koloni tetap biru hitam berarti hasilnya negatif.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Uji amilolitik
No
Bakteri
Hasil
Keterangan
Sebelum
Sesudah
1.       
Escherichia coli




Positif
2.       
Staphylococcus aureus




Negatif



B.  Pembahasan
Uji amilase bertujuan untuk menguji aktivitas enzim amilase terhadap mikroba. Enzim amilase akan menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa. Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim amilase yang akan menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel. Indikator yang dipakai pada uji amilolitik adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk warna biru hitam yang terlihat pada media. Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona bening di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.
Pada hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini yaitu untuk bakteri Escherichia coli dengan menggunakan medium NA setelah selesai diinkubasi selama 2 x 24 jam dan kemudian cawan ditetesi lugol’s iodine maka hasilnya nampak zona bening di sekeliling koloni artinya bakteri Escherichia coli bersifat amilolitik. Hal ini menandakan bahwa reaksi yang dihasilkan positif yang diakibatkan dari hidrolisis zat pati. Sedangkan, untuk bakteri Staphylococcus aureus tidak bersifat amilolitik jadi menghasilkan reaksi yang negatif. Hal ini ditunjukkan dengan warna sekitar koloni tetap biru hitam. Reaksi tersebut diakibatkan oleh amilum yang bereaksi dengan iodine membentuk komplex warna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodine masuk ke dalam bagian kosong pada amilum yang berbentul spiral.





BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum ini adalah ada beberapa teknik uji aktivitas enzimatik yang terdiri dari aktivitas eksoenzim dan endoenzim. Aktivitas eksoenzim meliputi uji amilolitik untuk menunjukkan aktivitas enzim amilase, uji lipolitik untuk mengetahui aktivitas enzim lipase, dan uji proteolitik yang ditujukkan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Sedangkan, untuk aktivitas endoenzim meliputi uji oksidase untuk mengetahui aktivitas enzim oksidase, uji katalase untuk mengetahui aktivitas superoksida dismutase, dan uji triple sugar iron agar adalah uji yang dirancang untuk membedakan beberapa jenis bakteri yang termasuk kelompok Enterobacteriaceae yang bersifat gram negatif. Bakteri Escherichia coli dari hasil praktikum bersifat amilolitik sedangkan Staphylococcus aureus tidak bersifat amilolitik.







B.  Saran
Adapun saran dari percobaan ini sebaiknya praktikan melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh supaya mendapatkan hasil yang maksimal, dan melakukannya dengan hati-hati supaya tidak terjadi kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. “Mengenal Cara Kerja Enzim”. http://Anneahira.com. (24 Desember 2011).
Ali, Alimuddin. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2005.

Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971.

Dwidjoseputro.  Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 1998

Entjang, Indan.  Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,  2003.

Gamaliel , Fritz. “Enzim Dan Cara Kerja Enzim,”. http://ww.bloger.com (24 Desember 2011). 

Irianto, Keos. Menguak Dunia Mikrobiologi. Bandung: Irama Widya, 2006.

Massi, Nasrum. Mikrobiologi Kedokteran. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011.

Pelczar , Michael J. dan Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi . Jakarta: Universitas Indonesia. 2008.

 


0 Response to "Laporan Mikrobiologi Enzimatik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel