Laporan Praktikum Mikrobiologi Faktor-Faktor Lingkungan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Telah
diketahui bahwa aktivitas hidup suatu organisme sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada lingkungan turut mempengaruhi
perubahan organisme, baik secara morfologis maupun sifat-sifat fisiologisnya.
Bakteri memiliki kemampuan yang cukup besar terhadap perubahan lingkungan yang
baru tersebut. Namun hal ini sangat berbeda dengan tumbuhan dan hewan tingkat
tinggi. Melalui pengetahuan mengenai berbagai faktor fisik yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroba, maka kita dapat memacu, menekan
atau bahkan mematikan aktivitas mikroba secara tepat.[1]
Untuk
mengetahui lebih jelas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba serta bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba maka
kita akan melakukan praktikum ini sehingga kita mengetahui lebih dalam tentang
pertumbuhan mikroba.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui pengaruh
suhu, tekanan osmotik dan pH terhadap pertumbuhan mikrooganisme.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Semua
mahluk hidup membutuhkan nutrien untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrien
merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen seluler
baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses-proses
kehidupan sel. Nutrisi merupakan indikasi dari kompleksitas fisiologis mikroba.
Umumnya diketahui nutrien dibutuhkan oleh mikroba secara langsung mencerminkan
kemampuan fisiologisnya. Sebagai contoh beberapa anggota genus lactobacillus membutuhkan sejumlah asam
amino, vitamin B dan nutrien-nutrien lainnya untuk pertumbuhannya. Sebaiknya
mikroba autotrof hanya memerlukan cahaya dan karbondioksida dan gas nitrogen
untuk tumbuh.[1]
Selain
meyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Bakteri tidak hanya amat
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang
berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk berhasilnya
kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi nutrien serta
lingkungan fisik yang sesuai.[2]
Kegiatan
mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Perubahan yang terjadi di
lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan
fisiologi jasad. Beberapa golongan jasad sangat resisten terhadap perubahan
lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi dengan lingkungan.[3]
Mikroba
terutama bakteri umumnya berkembangbiak melalui pembelahan biner. Laju
pembelahan tersebut dapat dibuat sedemikian rupa dalam berbagai cara.
Terjadinya perubahan dalam waktu pembelahan sel mengindikasikan bahwa telah
terjadi salah satu atau lebih faktor lingkungan yang berubah.[4]
Kondisi
lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri,
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi
adalah suhu, tekanan osmosis, sinar ultra violet dan pH.[5]
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan
yang paling berperan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu
organisme. Suhu mempengaruhi organisme dalam dua cara yang berbeda. Pada suhu
tinggi, reaksi kimiawi dan enzimatis dalam sel berlangsung lebih cepat sehingga
pertumbuhan meningkat lebih cepat pula. Akan tetapi di atas suhu tertentu,
protein, asam nukleat, dan komponen-komponen sel lainnya mengalami kerusakan
permanen. Selanjutnya bila terjadi kenaikan suhu pada kisaran tertentu,
pertumbuhan dan fungsi metabolit meningkat sampai titik tertinggi yang
memungkinkan reaksi tidak berjalan sama sekali. Di atas suhu tersebut, fungsi
sel jatuh drastis sampai titik nol.[6]
Bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu
dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat
toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1.
Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang
suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum
dibawah 20oC.
2.
Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang
dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di
antara 20oC sampai 50oC
3.
Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang
tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering
tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di
tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe
ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri
yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC.[7]
Peristiwa
terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam
lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel.
Karena itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis
yang seimbang antara lingkungan dan isi sel, keadaan ini dinamakan isotonis.
Jika cairan di sekitar sel tekanan osmosisnya lebih rendah dinamakan hipotonik,
dan bila lebih tinggi dinamakan hipertonik.[8]
Sinar
ultraviolet yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme adalah yang
memiliki panjang gelombang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar
4,9 eV. Sinar dengan panjang gelombang di bawah 200 nm tidak efektif karena
mudah diserap oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360 – 450
nm umumnya disebut ultraviolet gelombang panjang dan biasanya dipergunakan
untuk menstimulasi flourisensi. Sinar ini dapat melakukan penetrasi pada gelas
dan memiliki pengaruh yang terbatas terhadap mikroorganisme.[9]
Keasaman
atau kebasaan (pH) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak
antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat
masam, atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan
maksimum ialah antara 4 dan 9. Bila, bakteri dikultivasi di dalam suatu medium
yang mula-mula disesuaikan pH nya, misalnya 7, maka mungkin sekali pH ini akan
berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan
selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dicegah
dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium.[10]
Pertumbuhan
mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut
disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian.
Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan
kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia
toksik, panas atau radiasi.[11]
Allah
SWT berfirman dalam Q.S Al A’raaf /7:24.
tA$s% (#qäÜÎ7÷d$# ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã ( ö/ä3s9ur Îû ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇËÍÈ
Terjemahnya:
"Turunlah
kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan
kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di
muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".[12]
Pada ayat di atas
menjelaskan bahwa di muka bumi ini Allah SWT telah menyiapkan tempat kediaman
bagi semua makhluknya terutama mikroba. Olehnya itu mikroba akan mencari
kehidupan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau tempat hidup agar mampu
mempertahankan kehidupannya sampai waktu yang telah ditentukan yang sesuai
dengan yang telah dijelaskan pada teori di atas tentang fase-fase pertumbuhan
mikroba yang akan mengalami kematian pada fase akhirnya.
[1]Hafsah, Mikrobiologi Umum (Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin, 2009), h. 70.
[2]Michael J. Pelczar dan Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2008), h.138.
[3]Nur Hidayat, Mikrobiologi Industri (Yogyakarta: CV Andi, 2006), h. 69.
[4]Alimuddin Ali, Mikrobiologi Dasar (Makassar: Universitas
Negeri Makassar, 2004), h. 173.
[5]Filzahazny “Faktor Pertumbuhan
Bakteri,” Blog Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com
(19 Desember
2011).
[6] Alimuddin Ali., loc. cit. h.174.
[7]Utami
Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi (Malang: Universitas Negeri Malang, 2008), h. 99.
[8]Keos Irianto, Menguak Dunia Mikrobiologi (Bandung:
Yrama Widya, 2006), h. 153.
[9]Nur Hidayat., loc. cit. h.78.
[10]Michael J. Pelczar dan Chan., loc. cit. h.140.
[12]Departemen Agama R.I. Alqur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al qur’an, 1971), h.224.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan bahan
1. Alat
Adapun alat
yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, rak
tabung, ose, bunsen, spoit, laminary air flow, vortex dan incubator.
2. Bahan
Adapun bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah biakan Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, kertas lakmus, kapas, medium
NB dan medium NA, NaCl (0,5%, 3%, 5%, dan 15%), NaOH, dan HCl.
B. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini
adalah :
Hari /
tanggal : Selasa / 20
Desember 2011
Pukul : 09.00 – 11.00wita
Tempat : Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
C. Cara kerja
1. Pengaruh faktor suhu
a. Melakukan inokalasi pada biakan Escherichia coli kedalam
3 tabung medium NB masing-masing 0,5 ml (2 ose).
b. Melakukan hal yang sama untuk biakan Staphylococcus aureus ke
dalam tiga tabung medium.
c. Membiarkan 3 buah tabung tidak diinokulasi dan menggunakannya
sebagai kontrol.
d. Mengikubasi pada suhu 5oC, 25oC, 37oC
dan 50oC selama 48 jam.
e. Mengamati pertumbuhan yang terjadi dan mencacat hasilnya.
2. Pengaruh faktor pH
a. Membuat tabung reaksi berisi NB dan mengatur pH-nya 3, 7 dan 9,
masing-masing 2 tabung untuk tiap nilai pH.
b. Memberi label dengan nama bakteri yang akan diinokulasikan.
c. Menginokulasi tiap tabung dengan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli lalu menginkubasi pada suhu 37oC
selama 48 jam.
d. Mengamati perbedaan kekeruhan pada tiap nilai pH.
3. Pengaruh faktor tekanan osmotik
a. Membuat 4 buah cawan yang berisi medium NA yang mengandung NaCl
0,5%, 3%, 5% dan 15%.
b. Membagi menjadi 2 cawan setiap konsentrasi kemudian labeli
dengan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
c. Menginokulasi kedua
bakteri tersebut dengan streak kontinyu.
d. Menggunakan kontrol
untuk masing-masing biakan dengan media yang tidak berisi NaCl.
e. Menginkubasi selama 48
jam dan mengamati pertumbuhannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
pada praktikum ini yaitu :
1. Pengaruh
suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Biakan
|
Perlakuan
|
Keadaan
awal
|
Keadaan
akhir
|
Escherichia
coli
|
Suhu
5oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
Suhu
25oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
|
Suhu
37oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
keruh,
ada sedimen
|
|
Suhu
50oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Keruh,
ada sedimen
|
|
Staphylococcus
aureus
|
Suhu
5oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
Suhu
25oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Berwarna
hijau, ada sedimen
|
|
Suhu
37oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Berwarna
hijau terang, ada sedimen
|
|
Suhu
50oC
|
Keterangan
:
Putih
kekuningan
|
Keterangan
:
Berwarna
hijau, ada sedimen
|
2. Pengaruh
tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Biakan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Keterangan
|
Escherichia
coli
dan
Stapyhlococcus aureus
|
NaCl
0,5%
|
A B
|
A. Staphylococcus
aureus
B. Escherichia
coli
|
NaCl
3%
|
A B
|
A. Staphylococcus aureus
B. Escherichia
coli
|
|
NaCl
5%
|
A B
|
A. Staphylococcus
aureus
B. Escherichia
coli
|
|
NaCl
15%
|
A B
|
A. Staphylococcus
aureus
B. Escherichia
coli
|
3. Pengaruh
pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Biakan
|
Perlakuan
|
Keadaan
awal
|
Keadaan
akhir
|
Escherichia
coli
|
pH
3
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
pH
7
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Keruh,
ada sedimen
|
|
pH
9
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Keruh,
ada sedimen
|
|
Staphylococcus
aureus
|
pH
3
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
pH
7
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Hijau,
namun keruh, ada sedimen
|
|
pH
9
|
Keterangan
:
Bening
|
Keterangan
:
Bening,
ada sedimen
|
B. Pembahasan
1. Pengaruh
suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Suhu
merupakan salah satu faktor lingkungan yang paling berperan mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu organisme. Suhu mempengaruhi organisme
dalam dua cara yang berbeda yaitu pada suhu tinggi dan suhu rendah. Suhu rendah
menyebabkan aktivitas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat
mendenaturasi protein enzim. Bakteri
juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis
bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya
yaitu psikrofilik pada suhu 0-20oC, mesofilik pada suhu 20-30oC,
dan termofilik pada suhu 50-100oC.
Pada
praktikum ini kita melakukan pengamatan pengaruh suhu terhadap biakan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil pengamatan
yang didapatkan untuk pengaruh suhu adalah pada biakan Escherichia coli untuk suhu 5oC menghasilkan warna
bening dan tidak terdapat sedimen, untuk suhu 25oC menghasilkan
warna bening dan terdapat sedimen, untuk suhu 37oC menghasilkan
warna yang keruh dan terdapat sedimen, dan untuk suhu 50oC
menghasilkan warna yang keruh dan terdapat sedimen. Hal ini menandakan bahwa Escherichia coli termasuk kedalam
mikroba yang bersifat mesofilik yang dapat hidup pada kisaran 10-50oC,
dengan suhu optimum 20-30oC.
Hasil
pengamatan yang didapatkan untuk pengaruh suhu pada biakan Staphylococcus aureus yaitu untuk suhu 5oC menghasilkan
warna bening dan tidak terdapat sedimen, untuk suhu 25oC
menghasilkan warna agak hijau dan terdapat sedimen, untuk suhu 37oC
menghasilkan warna hijau terang dan terdapat sedimen, dan untuk suhu 50oC
menghasilkan warna hijau serta terdapat sedimen. Hal ini juga menandakan bahwa Staphylococcus aureus juga termasuk
mikroba yang bersifat mesofilik yang sama halnya dengan Escherichia coli.
2. Pengaruh
tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Keberadaan
mikroorganisme dilingkungan dapat dipengaruhi kepekatan suspensi/cairan di
lingkungan. Bila kepekatan suspensi di lingkungan tinggi maka isi sel akan
keluar. Sebaliknya kepekatan suspensi di lingkungan rendah maka akan terjadi
pergerakan massa cair ke dalam sel.
Pada
pengamatan yang dilakukan untuk pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus maka digunakan
NaCl 0,5%, 3%, 5%, dan 15% sebagai bahan untuk mengukur konsentrasi. Hasil
pengamatan yang didapatkan yaitu biakan kedua bakteri tersebut yang diberikan
perlakuan dengan konsentrasi NaCl 0,5% yang menunjukkan keadaan isotonis atau
dalam keadaan seimbang. Kedaan ini
merupakan keadaan yang baik karena konsentrasi garam yang sangat rendah ,
sehingg bakteri tidak begitu sensitif terhadap konsentrasi ini, yang disebabkan
oleh dinding selnya yang relatif kuat dan membrane sitoplasmanya yang tipis
untuk mempercepat penyesuaian. Sedangkan pada konsentrasi 3% baik pada bakteri Escheria coli maupun pada Staphylococcus aureus, terdapat zona bening yang lebih besar
dibandingkan konsentrasi 5%, dalam hal ini terjadi kesalahan yang mungkin
disebabkan ketika pembuatan medium dan pada saat penggoresan. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang mestinya pada konsentrasi 3% dapat tumbuh dengan baik
karena keaadaan bakteri pada saat itu tidak begitu sensitif terhadap
konsentrasi yang rendah. Semakin tinggi konsentrasi garamnya, maka zona
beningnya akan semakin luas pula seprti yang terjadi pada hasil pengamatan kita
dengan konsentrasi 15% yang menunjukkan zona bening yang luas.
3. Pengaruh
pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Keasaman
atau kebasaan (pH) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak
antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat
masam, atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan
maksimum ialah antara 4 dan 9. Bila, bakteri dikultivasi di dalam suatu medium
yang mula-mula disesuaikan pH nya, misalnya 7, maka mungkin sekali pH ini akan
berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan
selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu.
Pada
pengamatan yang dilakukan untuk pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme
didapatkan hasil yaitu pada Escherichia
coli untuk pH 3 warnanya nampak bening dan ada sedimen, untuk pH 7 warnanya
keruh dan ada sedikit sedimen, dan untuk pH 9 warnanya hijau keruh serta
terdapat sedikit sedimen. Hal ini menandakan bahwa Escherichia coli sangat baik hidup pada suasana asam dan itu
berarti bahwa Escherichia coli
termasuk kelompok acidofilik . Jika dibandingkan dengan teori maka hasil
pengamatan ini tidak sesuai karena pada teori dikatakan bahwa pH optimum
pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Jadi
kemungkinan pada percobaan yang kami lakukan ini terdapat kesalahan, yang mana
seharusnya bakteri tersebut dapat tumbuh dan melakukan aktivitas dengan baik
pada suhu netral. Sedangkan Staphylococcus
aureus untuk pH 3 menghasilkan warna bening dan ada sedimen, untuk pH 7
menghasilkan warna hijau keruh dan terdapat banyak sedimen, dan untuk pH 9
menghasilkan warna bening dan sedikit sedimen. Hal ini menandakan bahwa Staphylococcus aureus termasuk kelompok
mikroorganisme neutrofilik yang tumbuh dengan baik pada suasana yang netral.
Hal ini sudah sesuai dengan teori pertumbuhan yang baik untuk bakteri Staphylococcus aureus nampak pada pH 7.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum ini adalah adapun
pengaruh faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme
yaitu suhu, tekanan osmotik, dan pH. Pengaruh suhu berhubungan dengan aktivitas
enzim, jika suhu rendah maka akan menyebabkan aktivitas enzim menurun dan jika
suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim. Berdasarkan pengaruh
suhu mikroorganisme terdiri dari psikrofilik, mesofilik, dan termofilik. Untuk
tekanan osmotik dapat dipengaruhi oleh kepekatan suspensi/cairan di lingkungan,
bila kepekatan cairan di lingkungan tinggi maka isi sel akan keluar dan jika
kepekatan cairan di lingkungan rendah maka akan terjadi pergerakan massa cair
ke dalam sel. Sedangkan untuk pH berpengaruh terhadap sel dengan mempengaruhi
metabolisme. Berdasarkan pengaruh pH mikroorganisme dikelompokkan menjadi 3
yaitu acidofilik, neutrofilik, dan basofilik.
B. Saran
Adapun
saran saya pada praktikum kali ini adalah sebaiknya pada saat praktikan
melakukan percobaan, harus lebih serius lagi dan tidak terlalu banyak bicara,
karena dapat mempengaruhi hasil dari percobaan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Alimuddin. Mikrobiologi Dasar. Makassar: Universitas Negeri Makassar. 2004.
Filzahazny.
“Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog
Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (19 Desember 2011).
Hafsah. Mikrobiologi
Umum. Makassar: UIN Alauddin, 2009.
Hidayat, Nur. Mikrobiologi Industri . Yogyakarta:
Andi. 2006.
Irianto, Koes. Menguak
Dunia Mikrobiologi . Bandung: Yrama Widya. 2006.
Pelczar , Michael J. dan Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi . Jakarta: Universitas Indonesia. 2008.
Pertumbuhan Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o
m.htm, pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/. (19 Desember 2011).
Utami Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang:
Universitas Negeri Malang, 2008.
0 Response to "Laporan Praktikum Mikrobiologi Faktor-Faktor Lingkungan "
Posting Komentar