Resume Platyhelminthes
Ciri Umum
a. Pengertian
Platyhelminthes
berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing.
Jadi berarti cacing bertubuh pipih.Tubuh pipih dorsoventral tidak berbuku-buku,
simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior
dan posterior. Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata)
yaitu ektoderm yang akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan
berkembang menjadi otot – otot dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan
berkembang menjadi alat pencernaan makanan.
Filum
Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga
kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya
dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal
atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari
kelas Cestoda..
Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel
(triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
b. Struktur Tubuh
Semua
anggota filum ini berbentuk simetri bilateral dan memiliki bagian kepala. Sudah
memiliki tiga lapisan tubuh; ektoderm, mesoderm dan endoderm. Tipe rongga
tubuhnya termasuk acoelomata berbetuk kantung dengan satu lubang. Lapisan
mesoderm memunculkan otot dam organ perkembangbiakan. Hewan dewasa yang hidup
bebas telah memiliki otot, serabut saraf dan organ pencernaan tapi belum
memiliki alat pernafasan dan sistem peredaran darah.
Cacing pipih seperti planaria memiliki percabangan rongga gastrovascular sebagai tempat pencernaan ekstraseluler juga sebagai tempat mendistribusikan sari makanan ke seluruh bagian tubuh. Pertukaran gas melalui difusi lewat kulit. Platyhelminthes telah memiliki sistem pengeluaran yang juga berfungsi sebagai sistem osmo-regulasi.
Cacing pipih memiliki sistem saraf tangga-tali yang tersusun dari pasangan-pasangan ganglion yang membentuk otak dihunungkan lewat sel-sel saraf menuju sel-sel sensori di lapisan tubuh Filum Platyhelminthes yang parasit seperti cacing kait dan cacing pita dicirikan dengan modifikasi berikut;
Cacing pipih seperti planaria memiliki percabangan rongga gastrovascular sebagai tempat pencernaan ekstraseluler juga sebagai tempat mendistribusikan sari makanan ke seluruh bagian tubuh. Pertukaran gas melalui difusi lewat kulit. Platyhelminthes telah memiliki sistem pengeluaran yang juga berfungsi sebagai sistem osmo-regulasi.
Cacing pipih memiliki sistem saraf tangga-tali yang tersusun dari pasangan-pasangan ganglion yang membentuk otak dihunungkan lewat sel-sel saraf menuju sel-sel sensori di lapisan tubuh Filum Platyhelminthes yang parasit seperti cacing kait dan cacing pita dicirikan dengan modifikasi berikut;
~ hilangnya bagian kepala membentuk
bantalan kepala berkait dan berpenghisap untuk melekatkan diri pada inang.
~ Perkembangan ekstensif dari sistem
reproduksi bertepatan dengan hilangnya sistem-sistem lain.
~ Hilangnya perkembangan sistem saraf
dan gastrovaskular yang baik
~ Mengembangkan sistem kulit yang
melindungi mereka dari cairan pencernaan inang.
2. Klasifikasi
Filum Platyhelminthes ini dibagi
menjadi tiga kelas yaitu Turbelaria, Trematoda, dan Cestoda.
a. Turbellaria
Kelas
Turbellaria termasuk planaria air tawar seperti Dugesia yang memberi makan
organism kecil atau tetap sebagai makhluk kecil. Kepala planaria berbentuk
ujung panah, dengan tambahan sisinya sebagai pengindera makanan atau keberadaan
organism lain.
Cacing
pipih mempunyai dua bintik mata yang peka cahaya, memiliki pigmen sehingga
Nampak seperti mata bersilangan. Adanya tiga lapisan otot membuatnya dapat
melakukan berbagai gerak.
Sel
kelenjar mengeluarkan material lendir untuk hewan ini dapat meluncur. Memiliki
sel api sebagai sistem ekskresi yang terdiri dari serangkaian kana-kanal yang
saling berhubungan di sepanjang kedua sisi longitudinal tubuhnya.
Sel
api adalah sel berbentuk gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di
bagian tengah gelembung itu. Sel api ini berfungsi baik untuk ekskresi maupun
pengaturan osmosis.
Planaria
bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi tubuh yang mampu menumbuhkan
individu baru, maupun seksual bersifat hermaphrodit.
b. Trematoda
Kelas Trematoda termasuk cacing kait
(flukes) baik dalam darah, hati maupun paru-paru
Cacing kait tidak memiliki kepala, namun memiliki mulut penghisap. Sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem pembuangan yang kurang tapi sistem reproduksinya berkembang baik walau hermaphrodit.
Cacing kait tidak memiliki kepala, namun memiliki mulut penghisap. Sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem pembuangan yang kurang tapi sistem reproduksinya berkembang baik walau hermaphrodit.
c. Cestoda
Kelas Cestoda terdiri dari cacing pita. Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya.
Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan keluar bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi sistiserkus di dalam otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang terinfeksi yang tidak dimasak sempurna, maka manusia akan terinfeksi cacung ini.
Kelas Cestoda terdiri dari cacing pita. Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya.
Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan keluar bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi sistiserkus di dalam otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang terinfeksi yang tidak dimasak sempurna, maka manusia akan terinfeksi cacung ini.
3.
Peranan
Peranan Platyhelminthes
dalam kehidupan :
a. Planaria menjadi
salah satu makanan bagi organism lain.
b. Cacing hati
maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
CIRI UMUM
Acoelomata: Platyhelminthes
l. Filum Platyhelminthes adalah
sebuah takson dari kelompok cacing yang betubuh pipih, tidak berongga,
triploblastik, dan bersimentri bilateral. Filum ini terdiri atas 3 kelas, ialah
Turbellaria, Cestoda, dan Trematoda. Sekitar 80% dari spesies cacing Platyhelminthes
bersifat parasitik.
2. Cacing Platyhelminthes tidak
memiliki saluran pencernaan yang sempurna dan tidak memiliki organ respirasi
maupun sistem sirkulasi.
3. Platyhelminthes memiliki sistem
saraf yang sederhana berupa jaringan saraf yang tersebar.
4. Organ ekskreasi Platyhelminthes
berupa ginjal primitif (protonefridia) yang disebut sel api atau sel obor.
Organ ini berfungsi menjaga keseimbangan ion dan air, serta membuang sisa-sisa
hasil metabolisme.
5. Reproduksi cacing Platyhelminthes
bersifat hermafrodit simultan.
6. Daur hidup cacing Platyhelminthes
umumnya melalui stadium larva. Larva Muller adalah larva cicing pipih yang
hidup bebas di laut, sedangkan mirasidium dan serkaria adalah larva-larva
cacing pipih yang hidupnya parasitik.
7. Sebagian besar cacing
Platyhelminthes yang hidup bebas (kelas Turbellaria) berhabitat lautan,
beberapa spesies hidup di perairan tawar, dan hanya sedikit spesies yang hidup
di daratan.
8. Epidermis tubuh cacing pita
(kelas Cestoda) disebut tegumen, skoleks yang penuh dengan kait dan batil isap
berada di bagian anterior dan rangkaian proglotid di bagian belakangnya. Dalam
daur hidupnya, cacing pita ini umumnya memerlukan 2 macam inang : inang utama
dan inang perantara.
9. Cacing Platyhelminthes dari kelas
Trematoda terbagi menjadi dua kelompok besar : Monogenea dan Digenea. Cacing
Monogenea adalah cacing ektoparasit yang tidak membutuhkan inang antara dalam
daur hidupnya, sedangkan cacing Digenea adalah cacing endoparasit yang
membutuhkan inang perantara sebelum mencapai inang utama.
10. Cacing Platyhelminthes yang
bersifat parasitik (Cestoda dan Trematoda) menjadi penyebab penyakit yang ganas
pada ternak dan manusia, dan berdampak kerugian ekonomi yang cukup besar
CIRI KHUSUS
Cestoda
adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan
dikenal sebagai cacing pita.
CESTODA
(Cacing Pita) Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing
disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang
memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi)
pada cacing pita disebut Strobilasi. .
Tidak ada sistem pencernaan yang didalamnya terdapat termatoda sederhana
seperti cacing pita dan nutrisi diserapnya melalui permukaan tubuhnya.
Yaitu
divisi yang dibagi kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria
yang mempunyai proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan
biasanya memiliki sepuluh alat pelekat. Tetapi cestoda itu sudah mempunyai
lapisan epidermis dan sistem pencernaan, dan hanya mempunyai organ pelengkap
pada bagian anterior, dan hampir merupakan parasit pada ikan
laut. Subclass yang lain yaitu eucestoda. Hampir semua spesies cestoda
masuk kedalam eucestoda kebanyakan setelah dewasa memiliki prolottid.
Eucestoda
terbagi kedalam 11 ordo tetapi hanya
2 ordo yang merupakan parasit pada mamalia yaitu : pseudophylidae dan cyclophylidae.
Organ pelekatnya terdapat pada kepala yang dilengkapi dengan alat pelekat, alat
penghisap, bothria, dan othridia.
Ordo Proteocephalide
Cacing
pita kecil, scolex denagan 4 alat penghisap, vitellaria sebagai pita samping,
parasit pada ikan, amphibi, dan reptil.
Ordo Tetraphyllidea
Cacing
pita berukuran sedang ,scolex dengan 4 bothridia, vitterallia di bagian
samping, parasit pada ikan elasmobranch, calliobothrium certicillatum terjadi
dikatup spiral pada mulut anjing laut.
Ordo Disculieptidea
Hanya
satu species yang dikenal dari ikan elasmobranch, scolex hanya satu dan
tersebar dibagian anterior, siklus hidupnya belum diketahui.
Ordo Lecanicephalidea
Variabel
scolex pada bagian anterior dan posterior dilegkapi oleh 4 alat penghisap,
parasit pada ikan elasmobranch,
Ordo Pseudophyllidea
Cacing
pita yang kecil atau besar, sclexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai
polikel yang tersebar pada pori uterine yang terbuka di permukaan, parasit pada
ikan, burung dan mamalia,. Kebanyakan ada pada manusia khususnya pada
wanitapada bothriocephalus latus yang mempunyai dua inang intermediet, pada
copepod daikan air tawar. Panjangnya dapat mencapai 20 kaki dan usianya
lebihdari 20th dan dapat juga menjadi penyebab symptoom seperti
anemia pada laki-laki.
Ordo Trypanorhynchydea
Scolexnya
terdiri dari 2 atau 4 bothria dan 4 rectractile, proboscides berduri dan
tubuhnya memanjang. Pori alat kelaminnya terletak dipinggir. Ketika dalam
keadaan larva merupakan parasit pada ikan teleoste dan setelah dewasa menjadi
parasit pada ikan elasmobranch.
Ordo cycophyllidea
Scolrxnya
mempunyai 4 alat penghisap dan juga dilengkapi oleh rostellum, tidak ada pori
uterin, vitellarianya ada di posterior sedangkan ovarinya ada di lateral.
Proglotidnya pecah dari srtobila ketika ia hampir mati, telurnya tidak
operculate dan ochospernya tidak bersilia terdapat pada taenidae. Salah satu
yang termasuk ordo ini adalah taenia solium yang merupakan parasit pada
manusia, taenia fisiform pada kucing dan anjing yang memproduksi larva ketika
pada tubuh inang.
Ordo Apollidea
Variabel
scolex, biasanya besar dengan 4 sucker, tidak bersegmen dan parasitkecil pada
angsa dan bebek
Ordo Nippotaeniidea
Scolexnya
memiliki 1 sucker dibagian anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada
ikan di jepang dan rusia
Ordo Caryphylidea
Bentuknya
tidak bersegmen, parasit pada pisces dan oligocaetae, berkembang dengan
reproduksi seksual, procercoid saat larva dan hanya memiliki beberapa spesies.
Ordo Spatheathridea
Variabel scolex tidak punya
p[roglotid eksternal dan parasit pada ikan yang hendakbertelur dan ikan laut.
MORFOLOGI
Cacing
dewasa berwarna kuning keabu – abuan, panjangnya 3-10 m, memiliki lebih dari
3000 buah proglotid. Proglotid(segmen-segmen) matang dengan uterus berisi
banyak telur terletak ditengah menyerupai roset, lubang genetalia dan lubang
uterus di tengah atas,kelenjar vitelaria dan testis tersebar di bagian lateral.
Telur berukuran ± 65 – 45 mikron, operculum besar, penebalan berupa penonjolan
kecil dibagian posterior, berisi morula. Segmen- segmen tersebut apabila sudah
dewasa berisi alat reproduksi yang hermaprodit.
GEOGRAFIS / PENYEBARAN :
Parasit
ini banyak dijumpai diasia, eropa, dan amerika dimana makanan hewan peliharaan
mereka terutama terdiri dari ikan air tawar mentah.
KEBIASAAN HIDUP
-
Cestoda hanya memerlukan satu induk semang, kecuali hymenolepis nana. Baik
untuk stadium larva maupun dewasanya, cestoda lain yang hidup pada ternak dan
manusia memerlukansatu atau lebih tuang rumah perantara, dimana stadium
larvanya dapat berkembang setelah telur yang terinfeksi dimakan induk semang
oleh induk semang perantaranya.induk semang defenitifnya akan terinfeksi oleh
cacing dewasa dengan memakan daging yang mengandung kista (cryte) yang berlarva
(encysted larva). Kebanyakan spesies cestoda sangatselektif terhadaf inang
defenitifnya. Cacing cestoda yang mempunyai porus uterius maka sel telur- telur
mempunyai operculum, jumlah kuning telurnya banyak, perkembanganya embrionya
terjadi setelah telur tersebut meninggalkan induk semang dan embri yang telah berkembang
sempurna mempunyai cilia yang digunakan untuk berenag didalam air.
Pada
spesies yang tidak mempunyai porus uterinus maka telur – telur tersebut tidak
mempunyai operculum, jumlah kuning telurnya sedikit, perkembangan embrionya
terjadi didalam uterus. Telur yang berdinding lebih tebal ini sangat tahan
terhadap panas dan kekeringan serta dapat hidup lama di atas tanah /tumbuhan
yang terkontaminasi dengan feces.
Setelah
telur termakan oleh induk semang perantara yang sesuai,onkosfer dengan pengaruh
getah pencernaan akan membebaskan diri dari embriophore yang pecah. Dengan
dibantu oleh kait- kaitnya onkosfer akan menembus dinding usus, masuk ke dalam
aliran linfe / darahdan sampi ke jaringan- jaringan yang sesuai untuk
perkembangan larvanya. Siklus hidup ini akan sempurna bila kista yang
mengandung larva tersebut termakan oleh induk semang defenitifnya. Larva ini
akan keluar dari kistanya dengan pengaruh getah pencernaan dan melekat pada
dinding usus dengan kepalanya dan akan tumbuh menjadi dewasa. Larva cestoda
menurut bentuk dibagi:
1 .type larva yang solid ( padat,
tak berongga).
2. type larva yang vesicular(
bladder, mempunyai rongga).
Pada Manusia :
Taenia saginata : habitat usus manusia
-induk semang antaranya adalah sapi
- panjang 4- 10 m bahkan sisa 25 m
- proglotid lebih dari 2000
Anjing dan Kucing
Taenia fisiformis: Larva pada hati atau mesentrium kelinci
- Dewasa pada anjing dan kucing
- Anjing
Diphylobtrium canicum
- Larva pada kutu anjing ,kucing,
manusia
- Dewasa 15- 40 cm
- Proglotid lebih dari 200
SIKLUS HIDUP
Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio dengan
enam kait prolagtid bila embrio termakan lagi maka cangkang dihancurkan oleh
cairan lambung dan larva menembus saluran darah dan limpe yang akhirnya
berkembang menjadi sista . Sista membesar
penuh dengan cairan dengan cairan disebut sistiserkus (cacing gelembung )
.Salah satu dinding menebal membentuk papilla berongga yang menjulur ke kantung
. Di dalam papilla berkembang skoleks dengan kait dan alat pelekat .
Bila
daging yang mengandung sistiserkus tidak dimasak dengan sempurna termakan oleh
manusia maka dinding luar sista akan dicerna, papilla keluar membentuk skoleks
dan leher . Skoleks melekat pada dinding usus dan berkembbang menjadi individu
baru. Manusia selain diserang oleh cacing dewasa dapat kena infeksi larva
parasit yang dapat menyerang lat vital , seperti otak dan lain sebagainya.
Cestoda lainnya lebih dari 1500 spesies.
FISIOLOGI
Dimana
dia tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung diserap
oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan faciola
hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya
membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka
sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
Setiap
lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ reproduksi.
Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan dibentuk
terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa
ke genital pori melaui vas deferens. Telur berasal dari ovari yang didorong
masuk kedalam saluran rahim. Dimana nantinya telur tersebut masuk pada proses
pembuahan oleh spermatozoa yang mungkin datang dari proglotid yang sama dan
turun pada vagina seperti proglotid tua. Uterus menjadi di gembungkan dengan
telur dan dikirimkan pada cabang yang mati, dimana organ reproduksinya
istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka proglotid tersebut
akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.
Turbellaria (Cacing berambut getar)
Turbellaria
adalah platihelminthes yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang
berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia.
Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan
terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda
keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang
disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan Dugesia saat mencari makananya. Dugesia
merupakan hewan hermafrodit, namun reproduksi seksual Dugesia harus
dilakukan dua individu. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui fase
larva. Sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan dengan cara fragmentasi dan
bagian potongan tubuhnya itu akan melakukan regenerasi dengan daya regenerasi
yang sangat tinggi sehingga membentuk individu baru.
Trematoda(Cacing isap)
Trematoda disebut cacing isap karena
cacing ini memiliki alat pengisap di bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat
penghisap digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Trematoda merupakan hewan
parasit, dia mengambil mekanan berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat
ia menempel. Salah satu contoh trematoda adalah Fasciola hepatica. Fasciola
hepatica memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua
inang. Inang utama dan inang perantara.
1.
Reproduksi
seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian
berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
2.
Telur
menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
3.
Mirasidium
menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
4.
Mirasidium
berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
5.
Sporokis
berkembang secara aseksual menjadi redia.
6.
Redia
bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput
dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
7.
Serkaria
membentuk cacing muda atau metaserkaria.
8.
Metaserkaria
termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati.
Cestoda (Cacing pita)
Cestoda
disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pita yang
terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat
penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk menempel
pada tubuh inang. DI bagian belakan skoleks pada bagian leher terbentuk
proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin janatan dan betina.
Inang
utama cacing cestoda dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda
menghisap sari makanan dari usus halus ingangnya. Oleh karena itu cestoda
disebut hewan parasit. Taenia saginata adalah cestoda dengan sapi
sebagai perantara. Sedangkan Taenia solium adalah cestoda dengan babi
sebagai perantaranya.
Penelitian MOCHAMMAD TAUFIK MAHAR Fakultas Kedokteran kecacingan
yang biasanya ditularkan melalui tanah STH
(Soil-transmitted
helminths). Golongan cacing ini yang menyebabkan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia adalah Ascaris
lumbricoides (A. lumbricoides), Trichuris trichura (T. trichura), dan cacing tambang yaitu: Necator americanus
(N. americanus), dan Ancylostoma
duodenale (A. duodenale). STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak,
khususnya anak Sekolah Dasar (SD) persentase sebesar 9-90% Walaupun angka
prevalensi pada anak-anak, khususnya anak SD besar, tetapi hal ini tidak
menutup kenyataan bahwa kecacingan juga bisa diderita oleh orang dewasa
tempat
yang baik bagi A. lumbricoides dan T. trichiura adalah tanah liat yang lembab dan teduh. Suhu
optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telur A. lumbricoides kira-kira 250C. sedangkan telur T. Trichiura akan dapat tumbuh optimum pada suhu 300C.
0 Response to "Resume Platyhelminthes"
Posting Komentar